
Dalam budaya Jawa, khususnya di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, terdapat sebuah mitos yang cukup terkenal dan masih dipercayai oleh sebagian masyarakat hingga kini. Mitos ini menyatakan bahwa pejabat negara, termasuk presiden, yang melewati tiga kabupaten tertentu yaitu Pati, Kediri, dan Bojonegoro akan mengalami kejatuhan kekuasaan atau lengser dari jabatannya.
Asal-Usul Mitos
Mitos ini berakar dari cerita legenda dan sejarah kerajaan di wilayah tersebut, yang kemudian berkembang menjadi bagian dari tradisi lisan masyarakat. Berikut penjelasan singkat asal-usul dari masing-masing daerah:
- Kabupaten Pati: Dalam sejarahnya, Pati dikenal sebagai daerah yang memiliki kaitan dengan beberapa waliyulloh dan tokoh spiritual Islam seperti Sunan Kudus. Konon, ada mantra dan pesan moral yang diwariskan untuk menjaga pemimpin agar tidak bertindak sewenang-wenang dan menindas rakyat. Mitos menyebutkan bahwa pejabat yang melewati Pati dengan niat buruk atau tanpa penghormatan akan kehilangan dukungan dan akhirnya tumbang.
- Kota Kediri: Kota ini memiliki sejarah panjang sebagai pusat Kerajaan Kediri, yang masa lalu penuh dengan konflik dan intrik politik. Mitos terkait Kediri menegaskan bahwa siapa pun yang “tidak suci” secara moral dan melewati wilayah ini akan menghadapi kutukan yang berujung pada kehilangan jabatan. Cerita rakyat ini dianggap sebagai pengingat agar pejabat menjalankan tugas dengan integritas.
- Kabupaten Bojonegoro: Dalam mitos Bojonegoro dikenal kisah Arya Penangsang, seorang tokoh kerajaan yang mengalami nasib tragis setelah melewati daerah ini dan dikutuk. Hal ini menjadi simbol peringatan bahwa para pemimpin harus bijaksana dan berhati-hati dalam mengambil keputusan agar tidak kehilangan kedudukan.
Makna dan Fungsi Mitos
Meskipun tidak ada bukti ilmiah yang valid tentang kebenaran muatan mistis dari mitos ini, masyarakat Jawa menggunakan cerita ini sebagai bagian dari budaya dan nilai-nilai moral. Mitos ini berfungsi sebagai:
- Pengingat moral bagi para pejabat agar tetap rendah hati dan bertanggung jawab.
- Peringatan sosial agar kekuasaan tidak disalahgunakan dan selalu berpihak pada kesejahteraan rakyat.
- Warisan budaya yang menguatkan ikatan dan identitas masyarakat daerah terkait.
Kritik dan Realitas
Seiring perkembangan zaman, mitos ini mulai dipandang sebagai bagian folklor dan cerita rakyat yang bukan ditafsirkan secara harfiah. Namun, tingginya kepercayaan masyarakat membuat pejabat seringkali berhati-hati atau bahkan menghindari perjalanan yang lewat ketiga daerah tersebut, untuk menghindari dampak buruk secara sosial dan politik.
Beberapa ceramah tokoh agama dan budaya juga mengingatkan pejabat agar tidak menganggap enteng mitos ini sebagai bagian dari kearifan lokal yang patut dihormati. Intinya, mitos ini mengajarkan nilai kehati-hatian, moralitas, dan penghormatan terhadap simbol-simbol budaya daerah.
Penutup
Mitos pejabat yang akan lengser jika melewati Pati, Kediri, dan Bojonegoro adalah cerita rakyat yang kaya akan simbolisme budaya. Ia bukan sekadar takhayul, melainkan pesan moral yang mengingatkan pentingnya integritas, kehati-hatian, dan sikap hormat dari setiap pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Dalam konteks Indonesia yang kaya akan tradisi lokal, menghargai mitos semacam ini berarti juga menjaga harmonisasi antara kekuasaan dan budaya masyarakat.